JAGALAH TAUHID DAN JANGAN RENDAHKAN DERAJAT MANUSIA
YANG MULIA DENGAN KESYIRIKAN
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia dibandingkan makhluk yang
lain, baik dari segi fisiknya maupun anugerah yang begitu berharga yang
membedakan dengan makhluk lainnya, yaitu akal.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
“Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.” (Al-Israa’ [17]: 70)
Subhanallah walhamdulillah
wallahu akbar….
Saudara2Qyu seiman karena Allah,
tidakkah ayat tersebut di atas menjadikan kita semakin bersyukur kepada Allah
SWT? Bersyukur atas kemuliaan yang diberikan-Nya kepada kita sebagai manusia
dibandingkan makhluk yang lain. Allah SWT memuliakan manusia sehingga dengan
idzin-Nya dapat berjalan mengarungi daratan, lautan, bahkan angkasa.
Memang manusia dengan
tubuh/fisiknya yang tanpa sayap tentunya tidak akan bisa terbang ke udara
maupun luar angkasa, tidak seperti burung atau sebagian golongan jin maupun para
malaikat yang bersayap. Namun, Allah SWT menganugerahi manusia akal yang dengan
idzin Allah SWT (bi idznillah), manusia menggunakan akal pikirannya
serta memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada sehingga bisa terbang
melayang di angkasa dengan mengendarai pesawat yang melesat dengan kecepatan
suara, bahkan mereka mampu terbang ke luar angkasa.
Hal ini tentunya mungkin terjadi
jikalau manusia memanfaatkan akal dan segala sumber daya alam yang Allah SWT
karuniakan kepada mereka, sebagaimana firman Allah SWT:
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ
اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا
تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ
“Hai
jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan
kekuatan.”
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahmaan [55]:
33-34)
Memang manusia dengan
tubuh/fisiknya yang tanpa insang, sirip, dan ekor tentunya tidak akan bisa
menyelam ke dasar laut, tidak seperti ikan atau sebagian golongan jin. Namun,
Allah SWT menganugerahi manusia akal yang bi idznillah, manusia
menggunakan akal pikirannya serta memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada
sehingga bisa menyelam ke dasar laut dengan menggunakan peralatan menyelam atau
mengendarai kapal selam yang mampu bertahan dengan waktu yang lama dan bergerak
dengan cepat, bahkan bukan hanya membawa satu atau dua orang tapi mampu
mengangkut banyak orang dan barang.
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahmaan [55])
Memang manusia dengan jasad dan
kemampuan panca inderanya yang terbatas tidak bisa berkomunikasi dengan orang
lain dengan dibatasi tempat yang jauh, tidak seperti jin jahat dan syetan yang
bisa saling berkomunikasi sekalipun dengan jarak yang berjauhan serta mencuri
dengar berita dari langit. Namun, Allah SWT menganugerahi manusia akal yang bi
idznillah, manusia menggunakan akal pikirannya serta memanfaatkan segala
sumber daya alam yang ada sehingga bisa membuat alat komunikasi yang canggih
seperti HP, televisi, internet, dll.
Adalah pelajaran bagi semua umat manusia
bahwa kita adalah Makhluk yang Mulia, bahkan Allah SWT memerintahkan para
malaikat untuk semuanya bersujud kepada manusia pertama, yaitu Nabi Adam as. Allah
SWT berfirman:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا
لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]:
34)
Namun, ada makhluk yang begitu
sombong, yaitu iblis yang tidak mau mentaati perintah Allah tersebut dengan
tidak mau sujud kepada Adam as. Sehingga ini menjadi pelajaran kedua bahwa Musuh
yang Nyata bagi umat manusia adalah iblis laknatullah dan bala
tentaranya, syetan baik dari golongan jin maupun manusia. Sehingga haram
hukumnya seorang muslim mengikuti langkah-langkah syetan, apalagi bersekutu
dengan syetan dengan melakukan perbuatan-perbuatan syirik. Allah SWT
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي
السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُبِينٌ
Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah [2]: 208)
Subhanallah walhamdulillah
wallahu akbar….
Saudara2Qyu seiman karena Allah,
tidakkah ayat tersebut di atas (Al-Israa’ [17]: 70) menjadikan
kita semakin bersyukur kepada Allah SWT? Bersyukur atas kemuliaan yang
diberikan-Nya kepada kita sebagai manusia dibandingkan makhluk yang lain. Allah
SWT memuliakan manusia sehingga diberikan rezeki dari
yang baik-baik dan dilebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang lain.
Subhanallah, coba bayangkan manusia diberikan rezeki dari dalam tanah
(padi, gandum, buah-buahan, umbi-umbian, dll yang tumbuh dari tanah), di
daratan (binatang ternak), dari laut (ikan, kepiting, dll), serta dari udara
(burung). Coba bandingkan pula dengan apa yang di makan oleh syetan atau jin?
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW, syetan ikut makan apa yang kita makan (alias
nebeng), jika kita tidak membaca do’a makan yang dicontohkan Rasulullah
atau makan dengan tangan kiri. Demikian pula halnya, makanan yang manusia makan
adalah lebih baik dan jauh lebih sempurna baik dari aspek kualitas maupun
kuantitas dibandingkan apa yang dimakan oleh jin. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata,
أَنَّهُ
كَانَ يَحْمِلُ مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِدَاوَةً لِوَضُوئِهِ
وَحَاجَتِهِ ، فَبَيْنَمَا هُوَ يَتْبَعُهُ بِهَا فَقَالَ « مَنْ هَذَا » .
فَقَالَ أَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ . فَقَالَ « ابْغِنِى أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ
بِهَا ، وَلاَ تَأْتِنِى بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ » . فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ
أَحْمِلُهَا فِى طَرَفِ ثَوْبِى حَتَّى وَضَعْتُ إِلَى جَنْبِهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ
، حَتَّى إِذَا فَرَغَ مَشَيْتُ ، فَقُلْتُ مَا بَالُ الْعَظْمِ وَالرَّوْثَةِ
قَالَ « هُمَا مِنْ طَعَامِ الْجِنِّ ، وَإِنَّهُ أَتَانِى وَفْدُ جِنِّ
نَصِيبِينَ وَنِعْمَ الْجِنُّ ، فَسَأَلُونِى الزَّادَ ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ
لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلاَّ وَجَدُوا عَلَيْهَا
طَعَامًا »
Bahwasanya ia pernah membawakan pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam wadah berisi air wudhu dan hajat beliau. Ketika
ia membawanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapa ini?” “Saya,
Abu Hurairah”, jawabnya. Beliau pun berkata, “Carilah beberapa buah batu untuk
kugunakan bersuci. Dan jangan bawakan padaku tulang dan kotoran (telek).” Abu
Hurairah berkata, “Kemudian aku mendatangi beliau dengan membawa beberapa buah
batu dengan ujung bajuku. Hingga aku meletakkannya di samping beliau dan aku
berlalu pergi. Ketika beliau selesai buang hajat, aku pun berjalan menghampiri
beliau dan bertanya, “Ada
apa dengan tulang dan kotoran?” Beliau bersabda, “Tulang dan kotoran merupakan
makanan jin. Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan
utusan jin dari Nashibin dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka meminta
bekal kepadaku. Lalu aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka
melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkannya sebagai makanan”.
(HR. Bukhari No. 3860)
Oleh karena itu, jangan pernah
merendahkan kemuliaan yang Allah SWT karuniakan kepada kita sebagai manusia
dengan berbuat kesyirikan. Namun sayangnya, di zaman modern ini masih banyak
orang yang primitif, melakukan praktik-praktik kesyirikan yang sudah
jelas-jelas merendahkan kemuliaannya sebagai manusia di bawah derajat
jin/syetan. Mereka bersekutu dan minta bantuan kepada syetan dan jin jahat,
pergi dan minta bantuan ke dukun, bangga memiliki ilmu-ilmu tenaga dalam,
kebatinan, terawangan, dll. Masih banyak pula orang yang menganggap adalah suatu
kehebatan bisa telepati (komunikasi jarak jauh dengan orang lain), menerawang
atau melihat sesuatu/orang lain dengan bantuan seorang dukun melalui media air
di baskom misalnya.
Padahal bukankah Allah SWT telah
mengaruniakan akal yang dengannya manusia mampu berkomunikasi dengan orang lain
yang berada di Arab Saudi atau Amerika, misalnya, pada saat itu juga dengan
menggunakan HP?
Bukankah Allah SWT telah
mengaruniakan akal yang dengannya manusia mampu melihat suatu kejadian/berita
atau keadaan orang lain dengan menggunakan Telivisi atau internet, yang
tentunya dengan banyak channel/website yang bisa diakses/dilihat
dibandingkan melihat air di baskom?
Bukankah manusia bisa terbang dan
menyelam dengan teknologi canggihnya dibandingkan takjub/bangga bahkan apalagi
minta bantuan jin hanya untuk bisa terbang?
Bukankah Allah SWT memberikan
kemuliaan kepada manusia sehingga mereka bisa makan apa yang Allah sediakan
dari apa-apa yang dihalakan darat/tanah, laut, maupun udara dibandingkan jin
yang makan tulang dan kotoran?
Bukankah syetan/jin jahat akan
takut dan terbakar kepanasan tatkala diperdengarkan adzan atau dibacakan
ayat-ayat Al-Qur’an dan Do’a-do’a Ruqyah Syar’iyah yang dicontohkan
Rasulullah SAW? Kenapa harus meminta
kekuatan atau kekebalan dari makhluk yang amat lemah seperti mereka?
Bukankah ada Ruqyah Syar’iyah, Hijamah, atau Thibbun
Nabawy lainnya sebagai solusi islami untuk berikhtiar mengobati penyakit
medis maupun non medis, dibandingkan pergi berobat ke dukun, ”orang pinter”,
paranormal yang hanya menguras uang dan menambah kesulitan dan dosa?
Wahai saudara2Qyu seiman karena Allah, jauhilah kesyirikan dan jadilah
manusia yang mulia, yaitu yang bertauhid, hanya menyembah kepada Allah SWT,
sebagaimana firman-Nya:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ
الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ
اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ
اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ
أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al
Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu
seorang penolong pun.” (QS. Al-Maaidah [5]: 72).
Islam adalah ajaran yang mengharamkan
perbuatan syirik, membebaskan manusia dari penghambaan atau perbudakan kepada
makhluk lain, padahal kita sebagai manusia adalah makhluk mulia dibandingkan makhluk
yang lain. Islam mengajarkan manusia agar menjadi makhluk mulia sesuai derajat
dan karunia yang Allah SWT berikan dengan jalan senantiasa menyembah hanya
kepada Allah SWT dalam setiap ucapan dan perbuatan kita. Karena inilah tujuan hidup kita, hanya menyembah
Allah semata. Tauhid yang murni akan membuat kita sukses dalam hidup di dunia
dan akhirat. Ini juga yang
akan mengantarkan kita memperoleh ridho dan cinta-Nya, serta pahala yang besar,
Jannatun Na’iim, tempat segala kenikmatan. Amiin....
"Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan." (QS. Al-Fatihah [1]: 5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar