“Garuda di Dadaku….” Lantunan syair tersebut dan teriakan spontan pun terdengar di setiap rumah, mall/supermarket, bahkan lapangan. Ya, fenomena ini memang terjadi di negara kita tatkala digelar pertandingan sepak bola antara Timnas
Memang tak bisa dipungkiri bahwa pertandingan tersebut menumbuhkan semangat Nasionalisme dan kebanggaan terhadap bangsa. Namun, ada pelajaran dan peringatan yang amat penting bagi bangsa ini, khususnya umat muslim
Antusias para penonton di Stadiun “Glora Bung Karno”
Bagaimana tidak? Tatkala banyak orang asyik menonton bola dengan perasaan “harap-harap cemas”, terdengar suara adzan untuk menyeru umat muslim untuk sholat Isya berjama’ah di masjid.
Saat kudengar adzan dan segera kulangkahkan kaki menuju ke masjid. Pemandangan yang menyedihkan, jama’ah sholat begitu sedikit dan itupun didominasi oleh para orang tua. Raka’at demi raka’at sholat Isya kulaksanakan mengikuti gerakan Imam, diiringi suara dan teriakan spontan yang semangat, greget bercampur kesal dari para penonton bola yang terdengar dari rumah-rumah di sekitar masjid.
SEDIH: Karena begitu banyak orang yang terlena dengan permainan dan kebanggaan semu….
BANGGA: Karena masih ada juga kaum muslimin (walaupun sedikit) yang istiqomah, memenuhi panggilan Allah dan lebih mencintai Allah SWT daripada kenikmatan dunia yang memperdaya.
Lantas, bagaimana dengan kaum muslimin yang sedang asyik menonton bola baik di Stadiun GBK maupun di setiap rumah mereka? Sudahkah mereka melaksanakan sholat Maghrib? Sholat Isya kah mereka tepat pada waktunya?....
Inilah pertanyaan yang harus kita jawab dan kita jadikan sebagai cerminan diri dan kualitas kaum muslimin. Kenapa lebih mementingkan urusan dunia, apalagi hanya untuk permainan yang menjadikan kita lupa akan Dzat Yang Telah Memberikan Kehidupan kepada kita?
Apa untungnya bagi kita, mencurahkan energi dan perasaan untuk “Bola” dan Kebangaan semu “Nasionalisme” sekalipun Timnas
Apakah kemenangan dan kebanggaan akan menjadikan kita bangsa yang jaya dan sejahtera?....
Apakah kalian yakin jika pengorbanan harta, waktu, pikiran, perasaan, bahkan jiwa dalam mengantri tiket “Bola” dan menonton bareung bisa menjadi amal sholih dan bekal untuk kehidupan setelah kematian? Menyelamatkan kita dari adzab qubur dan panasnya api neraka yang lebih panas 70x lipat dari api di dunia?
Bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan malaikat Munkar-Nakir di dalam qubur, kalau kita lebih mengidolakan Irfan Bachdim atau Gonzales dibandingkan Nabi Muhammad SAW?
MIMPI KALI YE?... YA, IYALAH ‘GA BAKALAN MANFAAT KALO LUPA SAMA ALLAH DAN ‘GA SHOLAT!....
JADI, MUSLIM YANG SUPER ‘
BERIKUT INI ADALAH BEBERAPA HAL YANG BISA DIJADIKAN PELAJARAN:
1. Wahai saudaraku, ambillah pelajaran dari fenomena “GILA BOLA” saat ini! Sebenarnya, yang bertarung bukan hanya Timnas
So…. Be the true winner! Jadilah pemenang sejati yang bisa mengalahkan hawa nafsu dan bujuk rayu syetan. Serta ketika ada panggilan/seruan Allah: “Hayya ‘alal falah!” (Marilah kita menuju kepada kemenangan/kebahagiaan!), maka segeralah bergegas menuju masjid dan sholat berjama’ah. ITULAH KEMENANGAN SEJATI !....
Allah SWT berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna….” (QS. Al-Mu’minuun [23]: 1-3)
2. Wahai saudaraku, dirikanlah sholat tepat pada waktunya! Ingatlah, amal yang pertama kali ditanya pada Hari Akhir adalah SHOLAT, bukan BOLA!
Rasulullah SAW bersabda:
أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة ، فإن صلحت صلح له سائر عمله و إن فسدت فسد سائر عمله
"Yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika ia baik maka baiklah seluruh amalnya, dan jika ia rusak maka rusaklah
seluruh amalnya". (HR.Thabrani dengan sanad hasan).
Kecelakaan bagi orang yang lalai dalam shalatnya, yaitu mengakhir-akhirkan pelaksanaan shalatnya dari waktu yang semestinya. Allah SWT berfirman:
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
“…Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya….” (QS. Al-Maa’uun [107]: 4-5)
3. Wahai saudaraku, Manusia yang patut menjadi teladan/idola bagi setiap muslim adalah Rasulullah SAW karena Beliau memiliki akhlaq yang mulia dan sempurna, sebagaimana firman Allah SWT:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)
Sebagai muslim, Cinta sejati kita seharusnya kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, serta mencintai orang lain karena Allah. Tidak mencintai dan mengkultuskan seseorang secara LEBAY….
Ambillah pelajaran dari kebijakan Khalifah Umar bin Khottob ra. saat mengganti Kholid bin Walid dari jabatannya sebagai komandan perang kaum muslimin pada saat itu. Padahal Kholid adalah seorang komandan yang jenius dan selalu memenangkan peperangan. Apa alasannya? Ternyata Kholifah Umar khawatir akan sikap LEBAY dari kaum muslimin yang begitu mengkultuskan/mengidolakan Kholid, jangan sampai kultus individu tersebut menodai kemurnian Tauhid, yaitu menempatkan kecintaan dan harapan kepada Allah SWT semata.
4. Wahai saudaraku, di antara tanda kesempurnaan seorang muslim adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)
Sepertinya masih banyak tantangan dan PR kita bersama yang perlu dibenahi, peningkatan kualitas dalam bidang pendidikan dan teknologi, ekonomi dan perdagangan, pemerataan pendapatan dan kesejahteraan rakyat, serta pengentasan kemiskinan. Sehingga, ternyata begitu banyak bidang yang sebenarnya bisa kita ukirkan prestasi demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Kita tak perlu gentar lagi dengan perdagangan bebas, sumber daya alam dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh bangsa sendiri tanpa ketergantungan dengan bangsa lain, dan lain-lain.
5. Wahai saudaraku, “hukum asal segala sesuatu adalah ‘Ibahah’ (boleh) sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya”. Demikian pula halnya dengan permainan bola hukumnya boleh-boleh saja, bahkan baik untuk olah raga badan serta membangun semangat kerja sama dan persahabatan. Namun, tentunya akan menjadi HAROM, jika karena permainan bola lantas meninggalkan kewajiban kita sebagai hamba Allah SWT, seperti mengakhir-akhirkan atau meninggalkan sholat wajib berjama’ah.
Berikut ini adalah fatwa ulama tentang hukum menonton bola:
Memasuki stadion untuk menyaksikan pertandingan sepak bola jika tidak meninggalkan kewajiban shalat dan pertandingan itu tidak mempertontonkan aurat serta tidak mengandung sifat bermusuhan, maka hal itu diperbolehkan. Tetapi sebaiknya tidak melakukan perbuatan demikian karena termasuk dalam permainan.
Yang jelas bahwa kehadirannya di tempat itu (stadion) dapat menyeretnya untuk meninggalkan kewajiban dan melakukan perbuatan yang diharamkan agama. Semoga Allah memberi petunjuk. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.
Rujukan: Fatawa Islamiyah, al-Lajnah ad-Da'imah, (4/432). Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq. Sumber: http://fatwa-ulama.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar